Selasa, 12 Juni 2012

Flu Singapura

Sebenarnya sudah lama aku mendengar isu tentang flu singapura, tetapi aku sendiri belum pernah mengalami nya dan di sekitar ku pun masih awam tentang jenis penyakit ini. Namun baru siang ini, dosen q menceritakan kesaksian tentang anak nya yang terjangkit virus flu singapura. Tadi nya terbayang oleh ku bahwa orang-orang yang menderita flu singapura itu seperti penderita flu lain nya. Ternyata tidak seperti flu pada umumnya, flu singapura tak hanya ditandai dengan batuk dan pilek. Penderita akan mengalami ruam merah dan lesi di tubuh, seperti cacar air dalam ukuran yang lebih kecil. Penularannya sangat mudah dan cepat, orangtua pun perlu sigap mengantisipasinya.

Flu singapura, demikian nama yang diberikan untuk penyakit ini lantaran berasal dari negara tetangga tersebut.
Dalam dunia kedokteran, flu singapura dikenal sebagai hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit kaki, tangan, dan mulut (KTM). Flu ini memang tak mematikan, tapi tak bisa juga dianggap sepele. Khususnya bila menjangkiti mereka yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, seperti anak-anak dan balita.

Flu ini adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (bahasa Spanyol pico: kecil), genus Enterovirus (non-polio). Umumnya flu biasa hanya menyerang tenggorokan sehingga penderitanya menjadi batuk, pilek, dan demam.

”Tapi setelah anak menderita demam sekitar 2–3 hari, muncul ruam merah dan lesilesi (berair seperti cacar air) pada beberapa bagian di tubuhnya,” kata Brad S Graham MD, dari American Academy of Dermatology, dikutip dari emedicine.medscape.com.

Di antaranya daerah sekitar mulut, lidah, pipi, dan tenggorokan. Bahkan di selangkangan, tangan, kaki, dan bokong pada bayi. ”Lesi-lesi ini pun lebih dominan ketimbang batuk dan flunya sendiri,” kata Brad lagi.

Penyakit yang mudah menular ini sering muncul di musim panas. KTM umumnya menyerang anak-anak pada usia 2 minggu sampai 5 tahun. Berbeda dengan kondisi tubuh orang dewasa yang telah memiliki daya tahan tubuh yang lebih mumpuni.

”Penularannya bisa dengan berbagai media, misalnya droplet, air liur, tinja, atau penularan kontak tidak langsung melalui barang-barang yang terkontaminasi oleh sekresi tadi. Misalnya, menggunakan peralatan makan yang sama,” kata dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A dari RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo.

Penularan, kata Karyanti, sering terjadi di tempat-tempat umum, seperti taman bermain atau tempat penitipan anak. Orangtua pun ikut andil dalam penularan virus ini, misalnya dengan membiarkan anak tidak mencuci tangan sebelum makan atau menyuapi kakak beradik dengan sendok yang sama. Semestinya anak-anak memiliki peralatan makan masing-masing.

Masa inkubasi penyakit ini 5–7 hari, di mana seseorang sudah terinfeksi virus, namun belum menunjukkan gejala. Gejalanya sendiri mula-mula demam tidak tinggi selama 2–3 hari, diikuti sakit leher (faringitis). Hilangnya nafsu makan dan pilek, gejalanya seperti flu pada umumnya.

Sariawan juga menyertai penyakit ini, di lidah, gusi, dan pipi sebelah dalam. Jadi, anak pun enggan makan. “Tapi tetap harus makan. Beri jeruk atau buah lain yang sarat vitamin C,” tutur Karyanti.

Bersamaan dengan itu timbul ruam merah di kulit. KTM tergolong self limiting diseases atau penyakit yang bisa sembuh sendiri dalam waktu 7–10 hari dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pasien hanya perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien dirawat bila disertai gejala berat dan komplikasi.

Sumber : Okezone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar